Halaman

15 November 2012

Putu Cangkir vs Putu Ambon




Sudah lama penasaran pengen bikin kue ini tapi selalu terkendala alat. Bahannya hanya ada di Makassar dan di toko khusus. Cetakan ini berbentuk bulat seperti setengah lingkaran yang ada corong kecilnya. Sedangkan kukusannya hanya mempunyai sedikit lubang dan ukurannya agak besar. Nanti setelah diisi tepung, bagian corongnya dimasukkan ke dalam lubang kukusan sehingga distribusi panasnya hanya ke lubang tersebut...makanya matangnya cepat. 

Putu cangkir dan putu ambon adalah jajanan khas Sulawesi Selatan. Jarang dibuat sendiri di rumah. Hanya biasa dijajakan oleh penjual di pinggir jalan. Keduanya menggunakan bahan yang sama cuman beda di jenis gula dan cara membuatnya. Kalau putu cangkir bahannya tepung ketan putih yang disiram air gula merah/putih diberi isian kelapa+ sedikit garam lalu dikukus. Sedangkan putu ambon bahannya tepung ketan putih campur kelapa dan garam, diisikan gula merah lalu dikukus. Yang khas adalah adonannya tepungnya berbutir butir halus khas hasil pengayakan.

Kali ini tanpa menggunakan cetakan dan kukusan yang semestinya, aku tetap niat bikin. Nekat beneeer walaupun gak ada resepnya. Pokoknya pake feeling aja. Dikit dikit aja biar kalo gagal nggak mubazir. Dengan menggunakan cetakan pie mini jadi juga putu cangkirnya. Hihi...walaupun beda bentuk rasanya tetap yummi. Cuma pada percobaan pertama gambar di atas, putu cangkirnya agak berat dan padat. Kan harusnya ringan. Aku tanya mama katanya adonannya tidak boleh ditekan tekan sambil dipadatkan. Karena nanti ketika dikukus tepung akan mengembang sedikit kena uap panas. Oaaaalahh...ternyata!! hihi...







Kelapa yang digunakan untuk isian putu cangkir sebaiknya diparut sendiri mengikuti serat agar hasilnya panjang panjang dan cantik. Dan cara parut ini cocok untuk bikin isian enten atau cangkuning. Kalau kelapa parut halus yang cara parutnya melawan serat cocoknya tuk dicampurkan ke dalam adonan seperti untuk membuat putu ambon di bawah.





Akhirnya aku bikin lagi batch kedua dengan mengikuti saran mama. Hasilnya sukseeeesss...ringan.
Dan satu lagi yang khas adalah cara menyantapnya yang dikepal kepal supaya padat dan isian kelapanya tidak berhamburan. Paling enak dan afdol dinikmati hangat sambil menyeruput teh panas. Nyamannaaaaa...!




Yang di atas aku bikin 2 versi. Putu cangkir cokelat dan putih. Yang membedakan adalah satu menggunakan gula merah dan satu gula pasir. Lebih enak yang merah dong...berikut resepnya ya,

Bahan (untuk sekitar 8 buah) :
- 75 gr tepung beras putih
- 50 gr tepung ketan putih
- 100 gram gula merah dimasak bersama 100 ml air dan pandan, saring
- secubit garam

Bahan filling (aduk rata) :
- 1/4 butir kelapa setengah tua, kupas dan parut
- secubit garam

Cara membuat :
  1. Siapkan kukusan. Panaskan dengan api tinggi.
  2. Aduk tepung tepung beras, tepung ketan dan garam halus sampai rata. Tambahkan air gula merah sedikit sedikit sambil diaduk sampai berbutir kasar dan lembab. Larutan gula merahnya tidak harus habis. Jangan sampai basah karena akan susah diayak. Ayak sampai keluar butiran halus.
  3. Masukkan sedikit tepung dalam cetakan. Jangan ditekan tekan. Beri isi kelapa lalu tutup lagi dengan tepung.
  4. Tata cetakan dalam dandang. Kukus selama kurang lebih 35 menit (kalau memakai kukusan khusus hanya sekitar 5 menit) atau lebih lama kalau cetakannya besar. Kalau belum matang lepaskan dari cetakan lalu kukus lagi tanpa cetakan.
  5. Angkat, biarkan uap panasnya hilang, simpan dalam wadah tertutup agar tidak kering.



Nah...yang di atas ini adalah putu ambon. Bahannya sama dengan putu cangkir. Tepung ketan diberi air secukupnya yang sudah diberi garam sampai berbutir butir lalu ayak. Tambahkan kelapa parut lalu aduk asal rata. Padatkan dalam cetakan beri gula di tengahnya lalu tutup lagi dengan adonan lalu kukus sampai matang. Rasanya legiiiit, gurih dan manis...



0 komentar:

Posting Komentar