26 November 2013
Kerupuk Jintan...
Pemandangan yang indah disaksikan tiap hari bukan...?? Alhamdulillah mendapat view yang cantik ini. Rumah kami terletak di dataran yang tinggi dan di depannya terbentang tiang listrik yang panjang. Nah tiang ini ternyata menjadi persinggahan burung burung cantik yang tinggal di sekitar sini. Tiap hari ada saja burung yang singgah. Unik dan cantik cantik bentuknya. Selain itu kicauannya lucu dan beragam. Ramai sekali. Sayang kameraku bukan kamera zoom ya jadi harus dicrop maksimal biar kelihatan figurenya yang cantik itu...
Yap cukup dulu gambar gambar burung cantiknya, sekarang beralih ke resep yang aku share hari ini. Kerupuk jintan. Kenapa dinamakan kerupuk padahal bentuknya sama sekali nggak tipis kayak kerupuk pada umumnya? Nah jajanan yang satu ini adalah camilan khas dari daerah Sulawesi Selatan. Kalau mamaku yang orang Makassar menyebutnya kerupuk jintan sedangkan di beberapa daerah lain di Sulawesi Selatan malah ada yang menyebutnya roti jintan. Nah lho....
Memang teksturnya tergantung cara pengolahan masing masing orang. Kalau digoreng lebih lama maka akan tercipta snack yang renyah tapi kalau digoreng sebentar saja asal kuning maka teksturnya berubah jadi renyah di luarnya tapi empuk di dalamnya. Disebut kerupuk karena renyah seperti kerupuk dan disebut roti karena empuk empuk asyik...hehe. Tapi hati hati salah mengolah bisa berakibat gigi patah lho. Iya tak jarang aku membeli kerupuk jintan yang ketika digigit kerasnya bukan main. Kayaknya ada yang salah dalam pengolahannya. Kata mama adonan nggak boleh diulen seperti roti. Cukup agar menyatu saja. Gorengnya pun dengan api sedang. Kalau menggunakan api kecil maka menggorengnya akan butuh waktu yang lama menghasilkan kerupuk yang sangat keras ketika dikunyah.
Bahannya biasa saja, cuma campuran tepung, margarin, telur, vanili dan potasa...begitu ibu ibu asli sini menyebut baking soda atau soda kue. Yang unik adalah penambahan jintan hitam di dalamnya. Jintan hitam atau habbatussauda ini rasanya dan aromanya khas. Sama sekali beda dengan jintan bumbu dapur yang biasa dipakai sebagai pelengkap bumbu kari. Penampakannyapun mirip wijen tetapi lebih tebal. Kalau dikunyah sedikit ada sensasi wangi dan pahit bercampur jadi satu. Tapi ketika dicampurkan ke dalam adonan...luar biasa, wanginya naik dan rasanyapun enak. Di pasar tradisional di sini ada yang menjualnya, tidak tau kalau di tempat lain ya. Biasanya sih yang umum dijual untuk suplemen kesehatan adalah minyaknya. Khasiat kesehatannya banyak sekali. Rasulullah Muhammad SAW sendiri berkata, habbatussauda adalah obat segala macam penyakit kecuali kematian. Tapi dalam pengolahannya ke camilan ini gak tau kalau masih ada kandungan gizinya ya, masalahnya ini snack goreng ya teman teman. Gizinya berbanding lurus dengan efek buruknya...hehe.
Berikut aku share resep mamaku ya. Menggunakan ukuran gelas atau cangkir/cup. Satu resep ini menghasilkan sekitar 2 kg kerupuk jintan. Jadi aku bikin separuhnya saja dari resep di bawah ini. Nggak sanggup ngebentuknya sendirian. Lama euy...
Baca selengkapnya »
Label:
Jintan Hitam,
Snack Gurih
24 November 2013
Cake Lapis Pandan Ketan Hitam
Masih ada sisa home-made pasta pandan sujiku kemarin sisa bikin bolu gulung. Rencananya akan kuhabiskan untuk bikin cake kukus ini. Aku tertarik dengan kombinasi rasa pandan dan ketan hitam. Apakah memang keduanya cocok disandingkan bersama??
Resep aku lihat di Tabloid Bintang. Sama persis cuma aku skip penggunaan emulsifier. Pingin lihat teksturnya di kue ini. Sewaktu mengocok telur dan gula bisa sampai kental berjejak (aku pake mixer Bosch) tapi setelah minyak dan santan turun adonan mulai agak encer. Cepat cepat aku masukkan kukusan yang mengepul ngepul asapnya. Begitu juga adonan pandannya. Ketika masuk cairan santan dan pandannya adonan jadi encer dan banyak gelembung gelembung udaranya. Mungkin karena santannya bukan santan kemasan yang super duper kental. Tapi ternyata hasilnya lumayan. Tetap ngembang walaupun nggak banyak tapi nggak bantat sama sekali. Ketika masih panas lapisan ketan hitam agak kenyal dan tidak seringan adonan pandan. Lapisan pandan ringan dan berongga. Permukaan adonan pandannya kayak permukaan bulan yang keropeng...hehe. Seperti kalau aku bikin brownies kukus Ny. Liem juga. Biasanya kalau kue panggang tidak seperti itu hasilnya. Beda dengan kue kukus. Dugaanku mungkin karena beda prosesnya. Kalau pemanggangan oven, loyang panas secara perlahan dari dasar menuju permukaan jadi rongga halusnya hanya muncul di dalam kue saja. Sedang kalau dikukus, panas kukusan maksimal...asap kukusan memenuhi dandang sehingga proses pematangannya permukaan kue terjadi cepat. Gelembung udara yang terdapat di permukaan kue segera pecah begitu terkena panas. Kalau tekstur dalam cake nggak kelihatan rongganya tapi di permukaannya sangat terlihat. Ya kayak permukaan bulan tadi itu ^^
Soal rasanya menurutku keduanya punya rasa enak yang khas. Yang ketan khas rasa ketan hitam, agak berpasir dan legit sedang pandan khas wangi pandan asli. Warnanyapun cantik. Tapi ketika digigit bersamaan yang dominan rasa ketan hitamnya. Kalah rasa pandannya. Kayaknya enak banget kalau cake pandannya dibikin sendiri tanpa ketan hitam lalu diberi buttercream atasnya dan taburan keju. Yuuuuummm...nanti kapan kapan pingin bikin lagi deh.
Baca selengkapnya »
Label:
Cake,
Ketan Hitam,
Pandan
23 November 2013
Puding Santan Gula Merah
Udah lama nggak bikin puding ini. Walaupun jadul tapi tetap disuka. Simpel tapi kaya rasa. Bahannya mudah dicari dan proses bikinnya mudah. Untuk membuat puding ini kita biasanya menggunakan gula merah. Gula merah di tempatku sini ada dua macam. Ada gula kelapa dan ada gula aren. Nah biasanya gula aren rasanya manis dan warnanya tidak terlalu coklat. Sedang gula kelapa warnanya lebih gelap dan rasanya manis ada jejak asin/gurihnya. Ngga tau apakah pada proses pembuatannya ditambahkan garam atau memang rasanya seperti itu. Nah karena kali ini aku menggunakan gula kelapa, aku tidak menggunakan tambahan garam lagi karena rasanya yang sudah pas.
Baca selengkapnya »
Label:
Puding
21 November 2013
Bolu Gulung Marmer Pandan Coklat
Resep bolgul ini aku lihat di blognya mbak Nien Ing "Umek di Dapur". Aslinya resep mbak Dida Rahmadiah tapi udah dimodifikasi dengan diberi motif oleh mbak Nien. Motif bolgulnya mbak Nien cantik, kelihatan lapisan hijau cokelatnya. Lha kok punyaku jadi amburadul gitu ya. Memang menurutku adonan yang aku bikin nggak bisa kental banget. Walaupun dah lama dikocok cuman bisa kental aja gak sampai berjejak. Memang sih cara buatnya agak beda dikit karena semua bahan kecuali margarin dikocok sekaligus sampai mengembang. Emulsifiernya aku pake cuma 1 sdt. Apa mungkin karena itu ya. Padahal kocoknya dah speed tinggi. Hasilnya ketika adonan dituang adonan bergerak cepat langsung meleber ke samping samping seakan akan mau nyampur. Nah ketika keluar dari oven beginilah bentuknya. Jadinya marmer bukan zebra. Aku masih belum puas. InsyaAllah lain kali dicoba lagi deh. Tapi rasanya enak banget. Wangi pandan. Isiannya aku beri selai strawberry.
Resep mbak Nien menggunakan susu cair. Karena aku ingin merasakan aroma pandan asli aku ganti susu cair dengan pasta pandan home-made. Kalau pake air pandan saja nggak akan berasa karena penggunaannya cuma 20ml. Kali ini tuk warna hijaunya ke dalam belenderan pandan aku tambahkan suji. Jadi dapat harumnya dapat pula warnanya. Untuk cokelatnya aku beri coklat pasta yang dibuat dari coklat bubuk diberi sedikit air hingga menjadi pasta.
Cara membuat pasta pandan/suji, blender 7 lembar pandan dan 30 lembar daun suji dengan 200 ml air. Simpan dalam wadah dan taruh di kulkas selama empat hari. nanti padatannya mengendap di bawah. Itu yang kita ambil tuk dijadikan pasta. Untuk pandan pasta bisa lihat di sini cara bikinnya.
Label:
Bolu Gulung,
chocolate,
Pandan
Gulai Siput Danau
Baru kali ini aku sharing resep makanan yang hasilnya tidak aku konsumsi sendiri. Lho kenapa??
Ceritanya kemarin minggu aku ke pasar subuh. Belanja belanja...eh ditawarin siput danau sama ibu penjual. Katanya enak dan banyak gizinya. Selain itu bisa juga mengobati berapa jenis penyakit. Aku tertarik sebenarnya bukan karena khasiatnya, tapi karena penasaran sama rasanya. Seumur umur belum pernah cicip dan memang keluarga kami tidak pernah mengkonsumsinya. Lain halnya dengan penduduk asli Sorowako yang sudah biasa menjadikan ini sebagai lauk mereka.
Sesampai di rumah aku rendam dulu siputnya semalaman tuk mengeluarkan kotoran dan endapan pasirnya. Lalu aku masak gulai seperti biasa. Sambil masak aku icip icip kuahnya apakah kurang bumbu. Nah setelah matang aku diamkan dan rencananya buat makan besok pagi. Besoknya ketika bangun pagi kok banyak bintik bintik merah di badanku khas kalau lagi kena alergi. Waaaaaah langsung deh tersangka utamanya si gulai siput. Padahal tadi malam cuma icip icip kuahnya. Jadinya gak berani lanjut makan lagi deh. Nggak berani tawarin ke hubby dan anak anak juga. Jadi kalau gitu siapa yang makan doooonggggg. Sewaktu tukang cuci datang aku tanya apakah dia biasa mengkonsumsi siput danau. Katanya iya, dan keluarganya suka sekali. Menurutnya siput danau bisa mengobati penyakit usus buntu. Dia mau banget aku tawarkan gulai tersebut. Besoknya aku tanya lagi gimana kabarnya. Katanya, "Enak kok bu, kami sekeluarga suka...saya juga nggak alergi." Alhamdulillah kalau gitu. Nggak jadi buang makanan. Hikmahnya, lain kali jangan suka coba makanan yang belum pernah dimakan sebelumnya ya apalagi kalau tampangnya tidak meyakinkan....kwkwkwkwkkwkwk
Nah karena insiden ini aku nggak share resepnya ya. Cuman sharing aja kalau kejadian ini bisa menimpa kita. Lain kali harus lebih berhati hati dalam mengkonsumsi makanan yang tidak familiar.
Label:
Siput
15 November 2013
Lapis Jongkong (Jawa Timur)
Alhamdulillah...akhirnya bisa juga bikin lapis jongkong ini. Sudah lama pingin bikin apalagi sering diiming-imingi jajanan tradisional bermerang oleh mbak Diah Didi. Tapi terkendala merang yang memang nggak ada di sini. Sebenarnya bukan nggak ada merang, tapi karena di sini Sulawesi, jadi jarang ada orang yang memanfaatkan merang untuk dibuat kue seperti di Jawa. Nggak kepikiran mau diolah lagi jadi apa. Nah kebetulan ada teman suami yang tinggal dekat sawah...dimintai tolong mengambilkan sedikit merang untuk dijadikan abu. Demi memenuhi ngidam istri temannya untuk bikin kue bermerang...datanglah beliau esok harinya membawa sekarung merang padi. Senangnya. Segera aku cuci bersih dan jemur. Besoknya aku bakar dan saring hingga menjadi abu. Akhirnya jadi deh merangnya. Alhamdulillah.
Nah, aku bikin lapis jongkong ini mengikut resepnya mbak Lukie, karena menggunakan loyang kotak. Awalnya ingin mengikuti resep mbak Diah yang beda tipis dengan punya mbak Lukie tapi beliau menggunakan cucing plastik. Sedangkan aku mau menggunakan loyang kotak biar cantik ketika diiris. Aku praktek separuh resep aja dari resep Mbak Lukie. Beliau menggunakan loyang kotak 24x24x7cm sedangkan aku menggunakan loyang brownies 22x10x7cm. Adonan jadinya setelah disaring sebanyak 900ml, aku bagi dua warna jadi masing masing 450 ml. Aku tuang bergantian sebanyak 75 ml jadinya setinggi 7 lapis hijau dan 7 lapis hitam. Beda dikit sama punya Mbak Lukie.
Senang sekali karena bisa mendapatkan pewarna alami merang, pandan dan suji. Asli nggak pakai tambahan pewarna. Cantik warnanya. Ini juga sekalian uji coba pertamaku bikin lapis beras. Kemarin marin dah coba lapis kanji, lapis terigu dan lapis hunkwe.
Rasanya enak sekali, secara aku memang penggemar kue tradisional. Aroma pandan suji dan merangnya pas banget. Ternyata walaupun warnanya hitam sama sekali gak berasa gosong. Malah menyumbang aroma khas merang. Hubbypun habis banyak, enak siiiihhhh...
Resep di bawah adalah separuh dari resep Mbak Lukie. Gulanya aku kurangi sedikit saja menuruti saran mbak Lukie. Garamnya aku tambahkan jadi 3/4 sdt. Hasilnya pas. Manis dan gurih yang tidak berlebihan. Yummiii pokoknya apalagi dengan taburan kelapa yang gurih. Terima kasih tuk MBak Diah dan Mbak Lukie tuk inspirasinya.
Baca selengkapnya »
Label:
Jajanan Tradisional,
Kue Lapis,
Merang,
Pandan
13 November 2013
Chocolate Pistachio Biscotti
Gara gara lihat gambar biscotti teman teman berseliweran di FB, aku juga jadi penasaran bikin. Penasaran sama tekstur dan rasanya. Apa bedanya dengan kukis biasa. Yang aku tau aslinya biscotti ini adalah kukis Italia yang dipanggang 2 kali. Maksudnya adonan utuh yang dibentuk bulat panjang dipanggang terlebih dahulu kemudian nanti setelah dipotong potong dipanggang lagi sampai agak kering. Sengaja dibuat lebih keras dan tidak serenyah kukis biasa. Karena makannya dinikmati sambil menyeruput kopi or susu.
Nah resep yang berhasil menarik perhatianku adalah resepnya Martha Stewart yang sudah dimodifikasi oleh Jennifer "Use Real Butter". Suka warna kontras dari cokelat dan hijaunya pistachio. Kebetulan di rumah juga masih ada pistachio. Tapi aku kurangi separuh pistachio dari takaran aslinya. Ngikutin sarannya Jen, terlalu banyak kacang dan coklat chip membuat kukisnya susah dipotong dan beremah.
Rasanya enak menurutku. Nggak terlalu manis dan buttery seperti kukis biasa. Malah kalau mau dibandingkan...seperti membandingkan cupcake dan muffin. Nah biscotti ini si muffinnya. Kalau testimoninya Iyut, "Enak bu, tapi rasanya tidak terlalu menarik." Haaahhhh ??? Iyut dah bisa komen kayak begitu?? Aku tau dia penggemar camilan gurih dan manis, sehingga menurutnya ada yang kurang pada kukis ini karena tidak manis dan tidak gurih. Walaupun begitu habis juga dimakan sama dia. Aku juga suka. Sambil dicelup dalam teh manis *nggak sesuai gambarnya yang dinikmati bersama susu* hehe. Menurutku luarnya renyah tapi dalamnya cenderung empuk. Mungkin memang resep ini agak berbeda dengan resep biscotti lain ya...aku juga nggak tau.
Yang di bawah ini masih daam bentuk asli sebelum dipotong potong.
Label:
chocolate,
Cookies and Bars
6 November 2013
Lumpur Singkong
Lama gak posting resep niy...kemarin habis cuti ke Makassar-Malang selama seminggu. Kangeeeen dapurku. Hari ini aku buat kue lumpur singkong. Resepnya dapat di Majalah Muzakki. Yang punya resep "Bynsa Cake". Awalnya ngiler berat...membayangkan kue lumpur yang unik dari singkong. Setelah baca baca resep...lho bahannya seperti membuat kue bingka singkong. Sama sekali beda cara dan bahan dengan kue lumpur. Tapi karena orang yang punya resep kasih nama kue lumpur, aku ikut aja yaaaa.
Beneran setelah dicoba rasanya seperti perpaduan kue bingka dan sentiling. Suka sama teksturnya yang kenyal ringan. Wangi karena ada margarinnya. Tidak terlalu manis. Dari resep asli yang menggunakan sekilo singkong...aku bikin seperempatnya aja. Karena dari sekilo singkong yang aku beli cuma 250 gr saja yang bagus...hehe. Jadinya cuman 12 buah saja. Resep asli aku konversi ke gram ya.
Baca selengkapnya »
Label:
Singkong